HUBUNGAN KONSUMSI SUSU KAMBING ETAWA
TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAB BALITA (3-5 TAHUN) DI DESA DENGKOL SINGOSARI
MALANG
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Oleh
SELVY
NAJATHUL U
NIM.0914315401045
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI
MALANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
NOVEMBER 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Anak
merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara.
Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa
balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya
gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat negatif bagi pertumbuhan
anak itu seumur hidupnya (Adzania, 2004). Status
gizi balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah balita di
Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian yang
baik itu berupa pemberian gizi yang baik. Pada lima tahun pertama kehidupannya
ditujukan untuk mempertahankan kehidupan sekaligus meningkatkan kualitas agar
mencapai pertumbulan secara optimal baik secara fisik, sosial maupun
intelegensi. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dari jumlah sel serta
jaringan intra seluler, yang berarti bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan suatu panjang dan berat (Depkes
RI,2005). Sesuai dengan keraktestiknya anak balita ini dibedakan menjadi 2 yaitu
anak “Batita” yang dikenal juga sebagai konsumen pasif, usia 1-3 thn dan anak
“praskolah” usia 4-5thun yang dikenal dengan konsumen aktif. Dalam periode ini
selain kebutuhan anak akan berbagai zat giza menjadi semakin banyak karena anak
mulai aktif melakukan gerakan fisik, pertumbuhan dan perkembangan tubuh
berlangsung relatif lebih cepat.pada umur ini pula anak menjadi semakin tebuka
pada beberapa faktor eksternal (Annasari, 2010).
Dalam memenuhi kebutuhan gizi anak usia 1-3
tahun sangat sulit sekali bisa masuk 4-5 suapan itu sudah sangat bersyukur
bahkan bisa dikatakan sangat hebat ujar para orang tua yang mempunyai balita.
Sesabar apapun orang tua atau pengasuh menyuapinya, acara makan semakin menjadi
ajang pertengkaran. Ada saja ulahnya dari yang selalu menolak makan dengan cara
menutup rapat mulutnya, sampai menyembur-nyemburkan atau melempar kembali
makanan yang sudah berhasil masuk kedalam mulutnya. Sebagai akibatnya berat
badan sikecil susah sekali naiknya. Padahal di usia ini anak justru lebih
membutuhkan asupan gizi lebih banyak dibandingkan saat bayi. Karena daya
jelajah anak semakin luas karena dia sudah mampu untuk berjalan sendiri.
Otaknya pun juga membutuhkan asupan yang lebih karena untuk mendapatkan masukan
mengenai hal-hal baru melalui berbagai stimulasi. Namun keadaan seperti ini
terkadang malah diputarbalikan oleh mitos yang banyak diyakini oleh masyarakat.
Seperti, “kalau anak mau jalan biasanya memang susah makan” jadi wajar saja jika
badannya pun menjadi kurus (Susanti N.I ,2011)
Dari data yang diperoleh tenang gizi balita Indonesia yang masih
banyak kekurangan gizi (gizi buruk) dan
juga tidak jarang malah terjadi diare pada balia karena tidak cocok susu
formla. Dari sumber secara langsung yang diperoleh peneliti serta sumber medi
cetak yang menyatakan bahwa susu kambing etawa sangat baik untuk kesehat, serta
mengandung protein yang tinggi dan rendah laktasi (kepekaan terhadap laktosa
penyabab diare) sehingga tidak menyebabkan diaer pada pengonsumsinya. Prevalensai
Gizi Buruk pada balita adalah 5,4%, dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%.
Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
untuk mencapai program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goal pada 2015 (18,5%) telah tercapai pada
2007. Namun demikian sebanyak 19 provinsi masih prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional. Oleh karena itu, jika kita ingi mencapai
setatus gizi yang baik, maka kita harus slalu mangatur pola makan kita, dengan
mengkonsumsi makanan bergizi (Annasari, 2010).
Susu kambing etawa merupakan sumber protein dan gizi terbaik yang hampir
setara dengan ASI terlebih bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi. Kambing
jenis etawa ini didatangkan dari kawasan Asia Selatan, dan bisa menghasilkan
susu perah yang memiliki khasiat lebih baik di bandingkan dengan susu sapi.
Susu kambing etawa mempunyai khasiat obat yang sudah di kenal dari zaman Mesir
Kuno. Dari penelitian para ahli dan bukti sejarah, telah banyak membuktikan
mahwa susu kambing etawa mempunyai kelebihan di banding susu hewan memamah biak
lainnya, seperti:sapi, lembu, kuda, onta, dan domba. Susu kambing etawa baik di
konsumsi oleh semua usia mulai dari usia balita, anak-anak, dewasa, dan
lansia). Bitiran-butiran lemak susu kambing lebih kecil dibanding susu sapi.
Diantara semua jenis susu, susu kambing adalah satu-satunya susu yang paling
banyak manfaatnya bagi kesehatan manusia. Susu kambing etawa memiliki anti biotika
alami, sehingga dapat membatu menekan pertumbuhan bakteri dalam tubuh, karena
mengandung fluorine 10-100kali lebih besar dari susu sapi. Susu kambing etawa
juga mempunyai kandungan protein yang tinggi dan efek laktasinya rendah
(kepekaan terhadap laktosa penyebab diare) sehingga tidak menyebabkan diare
pada pengkonsumsinya.( Moeljanto, dkk ,2002). Susu kambing mudah diserap tubuh
manusia, itu sebabnya dapat diminum oleh bayi diatas 6 bulan, manula, dan baik
juga untuk penderita radang usus. Ukuran lemak pada susu kambing 2 mikrometer,
sedangkan pada susu sapi berukuran 2,5-3,5 mikrometer. Dengan lemak yang lebih
kecil susu kambing lebih cepat dicerna dan campurannya lebih homogeny. Susu
kambung dapat tercerna setelah 20 menit, sedangkan susu sapi setelah 8 jam.
Kandungan gizi dalam susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan bayi dan
anak-anka, serta membantu menjaga keseimbangan metabolisme, mendukung
pertumbuhan tulang dan gigi, serta membantu pembentukan sel-sel derah dan
jaringan tubuh.disamping itu, kandungan berbagai mineral dalam susu kambing
dapat memperlambat osteoporosis.( Sodi, dkk,2002)
Berdasrkan penjelasan sumber data diatas, penulis tertarik melakukan
penelitian tentang susu kambing etawa apakah memang benar susu tersebut dapat
meningkatkan berat badan balita serta tidak menyebabkan diare pada
pengkonsimsinya.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah“ Apakah hubungan antara susu kambing etawa dengan peningkatan nafsu makan
pada balita”?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan
Umum :
Mengetahui hubungan susu kambing etawa dengan peningkatan nafsu makan
pada balita.
1.3.2 Tujuan
Khusus :
1.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan susu kambing
etawa denagn peningkatan nafsu makan pada balita.
2.
Untuk mengetahui kandungan apakah yang ada dalam
susu kambing etawa?
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi
peneliti.
Menambah wawasan baru tentang susu kambing etawa.
1.4.2 Bagi
Institusi
Sebagai penambahaan
pengetahuan tentang, pengaruh susu kambing etawa terhadap penambahan berat
badan pada balita usia 3-5 tahun.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawsan dan
pengetahuan ibu tentang gizi balita serta manfaat susu kambing etawa.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Susu Kambing Etawa
2.1.1. Pengertian susu kambing etawa
Susu kambing etawa merupakan sumber protein dan gizi
terbaik yang hampir setara dengan ASI terlebih bagi bayi yang alergi terhadap
susu sapi. Kambing jenis etawa ini didatangkan dari kawasan Asia Selatan, dan
bisa menghasilkan susu perah yang memiliki khasiat lebih baik di bandingkan
dengan susu sapi. Susu kambing etawa mempunyai khasiat obat yang sudah di kenal
dari zaman Mesir Kuno. Dari penelitian para ahli dan bukti sejarah, telah
banyak membuktikan mahwa susu kambing etawa mempunyai kelebihan di banding susu
hewan memamah biak lainnya, seperti:sapi, lembu, kuda, onta, dan domba. Susu
kambing etawa baik di konsumsi oleh semua usia mulai dari usia balita,
anak-anak, dewasa, dan lansia). Bitiran-butiran lemak susu kambing lebih kecil
dibanding susu sapi. Diantara semua jenis susu, susu kambing adalah
satu-satunya susu yang paling banyak manfaatnya bagi kesehatan manusia. Susu
kambing etawa memiliki anti biotika alami, sehingga dapat membatu menekan
pertumbuhan bakteri dalam tubuh, karena mengandung fluorine 10-100kali lebih
besar dari susu sapi. Susu kambing etawa juga mempunyai kandungan protein yang
tinggi dan efek laktasinya rendah (kepekaan terhadap laktosa penyebab diare)
sehingga tidak menyebabkan diare pada pengkonsumsinya. Susu kambing kaya akan
jenis protein susu utama( Beta Casien) yang sama dengan jenis protein susu
dalam ASI. 2,1x lebih tinggi daro susu sapi. Kandungan kalsium 32,6% dan fosfor
27% dari kebutuhan dasar harian. Kandungan potasium sodium dan besi 2x dari
susu sapi serta lebih unggul dalam kandungan vit.A,C,Niacin
Roboflavin,B6,B12,mineral dan 8 asam amino penting(tidak dapat dibuat oleh
tubuh manusia) serta sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan sel
otak dan saraf serta membangun atau membentuk sel darah dari penawar racun yang
masuk dalam tubuh.( Moeljanto,Rini Damayanti,dan Wiryanta,B.T. Wahyu,2002).
2.1.2.
Pengertian Gizi Balita
Kata Gizi
berasal dari bahasa Arab yaitu “Ghitza” yang
berarti makanan yang sehat dan halal. Awalnya gizi hanya dihubungkan dengan
kesehatan tubuh saja, yaitu zat-zat yang dibutuhkan untuk mendapatkan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuhserta mengatur proses kehidupan dalam tubuh.(Mustafa
Annasari,2010:1)
Anak
merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara.
Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa
balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya
gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat negatif bagi pertumbuhan
anak itu seumur hidupnya (Adzania, 2004). Status
gizi balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah balita di
Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian yang
baik itu berupa pemberian gizi yang baik. Pada lima tahun pertama kehidupannya
ditujukan untuk mempertahankan kehidupan sekaligus meningkatkan kualitas agar
mencapai pertumbulan secara optimal baik secara fisik,sosial maupun
intelegensi. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dari jumlah sel serta
jaringan intra seluler, yang berarti bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan suatu panjang dan berat. (Depkes
RI,2005). Prevalensai Gizi Buruk
pada balita adalah 5,4%, dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya
menunjukkan bahwa baik target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk
mencapai program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Doal pada 2015 (18,5%) telah tercapai pada
2007. Namun demikian sebanyak 19 provinsi masih prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional. Oleh karena itu, jika kita ingi mencapai
setatus gizi yang baik, maka kita harus slalu mangatur pola makan kita, dengan
mengkonsumsi makanan bergizi.(Mstafa Annasari, 2010:40).
2.1.3.
Antropometri
Anrtopometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos
artinya tubuh dan metros artinya
ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Dapat diartikan antropo
metri gizi adalah hubungan dengan berbagai macan dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antrope metri sangat umum
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara
asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh.(I Dewa Nyoman Supariasa,2001:36).
2.1.4.
Indeks Antropometi
Penggunaan antropomerti lebih praktis, cukup teliti
muah dilakukan oleh siapa saja dan dibekali dengan latihan sederhana. Dalam
praktek antropometri yang sering digunakan adalah berat badan (BB), tinggi
badan(TB), panjang badan(PB), kadang-kadang digunakan pula lingkar lengan atas
(LILA) atau lingkar kepala(LIKA). Indikato-indikator antropometri yang ada
distandarisasikan berdasar imur dan jenis kelamin.(I Dewa Nyoman
Supariasa,2001:56)
a.
Indeks Berat Badan Menurut
Umur(BB/U)
Berat badan (BB) menggambarkan masa tubuh (otot dan lemak). Berat badan
menurut umur merupakan ukuran yang baik untuk mengetahui keadaan gizi
anak-anak, terutama anakgolongan umur 0-5thn (balita). Ukuran ini juga memberi
gambaran yang baik tentang pertumbuhan anak.
b.
Indeks Berat Badan Menurut
Tinggi Badan(BB/TB)
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk indikator menyatakan
status gizi saat ini, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh
karena indeks BB/TB disebut juga indikator status gizi yang independen terhadap umur. Karena indeks
BB/TB yang dapat memberikan gambaran tentang populasi berat badan
relatifterhadap tinggi badan, maka dalam penggunaannya indeks ini merupakan
indikator kekurusan.
c.
Gabungan Indeks BB/U,
TB/U, dan BB/TB
Untuk memperoleh gambaran status gizi masa kini maupun masa lampau WHO
merumuskan penggunaan gabungan Indeks Antropometri yaitu: BB/U, TB/U, dan BB/TB
sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar