Peningkatan KualiTas KesehataN terHadap Balita

Peningkatan kualitas kesehatan terhadap balita semestinya harus di lakukan sejak dini dimana prosesnya harus mendapat dukungan dari semua pihak. Hal ini di lakukan agar ibu balita mendapat pemahaman yang memadai tantang kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader agar mampu melakukan pendampingan pada keluarga balita dengan optimal, Divisi Kesehatan SEFA menggelar pelatihan yang bertajuk ”Manajemen Terpadu Balita Sakit,” selama dua hari, 11 -12 April 2008 di Sultan Hotel, Banda Aceh.
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang cara penanggulangan serta teknik dan metode dalam penanganan balita sakit serta juga meningkatkan peran kader sebagai ‘promotor kesehatan’ di desa dampingan masing-masing. Namun di sini, kader hanya memberikan pemantauan dan pemberian obat saja sedangkan untuk tahap perawatan medis, kader akan merujuk si anak ke petugas kesehatan yang berkompenten (Puskemas).

Pelatihan ini dihadiri oleh sepuluh kader kesehatan SEFA dari 5 wilayah dampingan (2 kader dari setiap desa) yaitu: Babah Jurong, Lamcot, Piyeung, Sibreh dan  Lampineung. Para kader ini telah bekerja dengan SEFA semenjak fase emergency dan ada beberapa yang memang baru beberapa bulan gabung dengan divisi mereka dipilih berdasarkan keinginan dan kemauan mereka untuk mendampingi desa dan juga selama ini mereka adalah kader desa setempat. Hampir semuanya sudah cukup lama berkecimpung di program kesehatan.
Topik yang dibahas adalah; Tugas dan peran Kader, Penilaian Tumbuh Kembang Balita, Manajemen terpadu Bayi Muda Umur 1 Hari sampai 2 Bulan, Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun, Konseling bagi para ibu.
Dalam pelatihan yang dipandu oleh seorang fasilitator, Ibu Natalina Christanto (Kepala Puskesmas Lamteuba, Aceh Besar), peserta mendapat pre test sebelum penyajian teori dan post test mengenai permasalahan kesehatan anak-anak.

Khusus mengenai peran dan tanggung jawab kader,  pemateri memberikan uraian mengenai posyandu Terpadu dan bagaimana tugas dan kewajiban para kader dalam kegiatan tersebut. Di sini kader memegang peranan yang sangat penting dalam menyukseskan kegiatan posyandu bersama dengan bidan desa. Kader hendaknya memiliki pengetahuan berkenaan dengan penilaian tumbuh kembang balita dengan melihat KMS sehingga dengan pemantauan yang teratur setiap bulannya, bisa dilihat apakah ada anak yang kesehatannya bermasalah. Kader juga bisa memberikan konseling bagi para ibu tentang bagaimana merawat anak dan juga merekomendasikan  makanan yang sehat untuk si anak, terutama pemberian ASI ekslusif untuk bayi selama 6 bulan pertama. Keaktifan juga sangat diperlukan karena meskipun posyandu telah selesai, kader tetap melakukan pemantauan keadaan balita yang kesehatannya bermasalah melalui kunjungan ke rumah untuk melihat bagaimana perkembangan lebih lanjut.
Peserta diarahkan, dengan sikap yang pro aktif, kader bisa mengindentifikasikan sendiri kondisi dan lingkungan desanya apakah termasuk daerah yang rawan/rentan terhadap sumber penyakit tertentu seperti malaria, DBD, dll. Setelah itu dirujuk ke petugas kesehatan apabila ada kasus yang terjadi. Dengan menurunnya tingkat kasus penyakit yang terjadi dimasyarakat, kader yang terlibat aktif dengan sendirinya telah mendukung pemberantasan penyakit tersebut, demikian paparan dari fasilitator.

Selain uraian dan diskusi soal-soal manajemen terpadu bayi muda 1 hari-2 bulan dan penilaian serta klasifikasi anak sakit usia 2 bulan-5 tahun , semua peserta juga antusias dan  aktif dalam menanyakan permasalahan mengenai kesehatan ibu dan balita yang sering dihadapi di lapangan. Untuk lebih memahami permasalahan, pemateri memberikan beberapa soal kepada peserta yang kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok untuk melakukan diskusi bersama. Hasilnya, secara keseluruhan, setiap kelompok telah memberikan solusi yang tepat dalam penanganan balita sakit berdasarkan pengalaman mereka selama bertugas di lapangan di desa.
Setelah mengikuti pelatihan MTBS ini, kader diharapkan lebih aktif menjadi “Promotor Kesehatan” dan bisa menyalurkan pengetahuan yang didapat kepada masyarakat di 5 desa dampingan desa masing-masing terutama ibu dan anak. (Rtn)
Peningkatan kualitas kesehatan terhadap balita semestinya harus di lakukan sejak dini dimana prosesnya harus mendapat dukungan dari semua pihak. Hal ini di lakukan agar ibu balita mendapat pemahaman yang memadai tantang kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader agar mampu melakukan pendampingan pada keluarga balita dengan optimal, Divisi Kesehatan SEFA menggelar pelatihan yang bertajuk ”Manajemen Terpadu Balita Sakit,” selama dua hari, 11 -12 April 2008 di Sultan Hotel, Banda Aceh.

Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang cara penanggulangan serta teknik dan metode dalam penanganan balita sakit serta juga meningkatkan peran kader sebagai ‘promotor kesehatan’ di desa dampingan masing-masing. Namun di sini, kader hanya memberikan pemantauan dan pemberian obat saja sedangkan untuk tahap perawatan medis, kader akan merujuk si anak ke petugas kesehatan yang berkompenten (Puskemas).
Pelatihan ini dihadiri oleh sepuluh kader kesehatan SEFA dari 5 wilayah dampingan (2 kader dari setiap desa) yaitu: Babah Jurong, Lamcot, Piyeung, Sibreh dan  Lampineung. Para kader ini telah bekerja dengan SEFA semenjak fase emergency dan ada beberapa yang memang baru beberapa bulan gabung dengan divisi mereka dipilih berdasarkan keinginan dan kemauan mereka untuk mendampingi desa dan juga selama ini mereka adalah kader desa setempat. Hampir semuanya sudah cukup lama berkecimpung di program kesehatan.
Topik yang dibahas adalah; Tugas dan peran Kader, Penilaian Tumbuh Kembang Balita, Manajemen terpadu Bayi Muda Umur 1 Hari sampai 2 Bulan, Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun, Konseling bagi para ibu.
Dalam pelatihan yang dipandu oleh seorang fasilitator, Ibu Natalina Christanto (Kepala Puskesmas Lamteuba, Aceh Besar), peserta mendapat pre test sebelum penyajian teori dan post test mengenai permasalahan kesehatan anak-anak.
Khusus mengenai peran dan tanggung jawab kader,  pemateri memberikan uraian mengenai posyandu Terpadu dan bagaimana tugas dan kewajiban para kader dalam kegiatan tersebut. Di sini kader memegang peranan yang sangat penting dalam menyukseskan kegiatan posyandu bersama dengan bidan desa. Kader hendaknya memiliki pengetahuan berkenaan dengan penilaian tumbuh kembang balita dengan melihat KMS sehingga dengan pemantauan yang teratur setiap bulannya, bisa dilihat apakah ada anak yang kesehatannya bermasalah. Kader juga bisa memberikan konseling bagi para ibu tentang bagaimana merawat anak dan juga merekomendasikan  makanan yang sehat untuk si anak, terutama pemberian ASI ekslusif untuk bayi selama 6 bulan pertama. Keaktifan juga sangat diperlukan karena meskipun posyandu telah selesai, kader tetap melakukan pemantauan keadaan balita yang kesehatannya bermasalah melalui kunjungan ke rumah untuk melihat bagaimana perkembangan lebih lanjut.
Peserta diarahkan, dengan sikap yang pro aktif, kader bisa mengindentifikasikan sendiri kondisi dan lingkungan desanya apakah termasuk daerah yang rawan/rentan terhadap sumber penyakit tertentu seperti malaria, DBD, dll. Setelah itu dirujuk ke petugas kesehatan apabila ada kasus yang terjadi. Dengan menurunnya tingkat kasus penyakit yang terjadi dimasyarakat, kader yang terlibat aktif dengan sendirinya telah mendukung pemberantasan penyakit tersebut, demikian paparan dari fasilitator.

Selain uraian dan diskusi soal-soal manajemen terpadu bayi muda 1 hari-2 bulan dan penilaian serta klasifikasi anak sakit usia 2 bulan-5 tahun , semua peserta juga antusias dan  aktif dalam menanyakan permasalahan mengenai kesehatan ibu dan balita yang sering dihadapi di lapangan. Untuk lebih memahami permasalahan, pemateri memberikan beberapa soal kepada peserta yang kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok untuk melakukan diskusi bersama. Hasilnya, secara keseluruhan, setiap kelompok telah memberikan solusi yang tepat dalam penanganan balita sakit berdasarkan pengalaman mereka selama bertugas di lapangan di desa.
Setelah mengikuti pelatihan MTBS ini, kader diharapkan lebih aktif menjadi “Promotor Kesehatan” dan bisa menyalurkan pengetahuan yang didapat kepada masyarakat di 5 desa dampingan desa masing-masing terutama ibu dan anak. (Rtn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar